19 Januari 2009

Episode Jayapura, Papua

Tidak terasa sudah dua tahun lebih aku dan keluarga tinggal di bumi paling timur ini (kota Jayapura), tepatnya sejak tanggal 4 Nopember 2006 lalu. Jujur saja semula aku membayangkan yang bukan-bukan tentang kota ini, tapi dengan tekad yang memang sudah kubawa sejak permulaan aku bekerja dan keyakinan bahwa semua ini adalah buminya Allah, aku berangkat ke Jayapura sendirian sambil mencari terlebih dahulu tempat yang cocok untuk berteduh bersama keluarga, syukur-syukur dapat rumah dinas (ya,...itung-itung tidak mengeluarkan ongkos banyak untuk kontrakan). Istri dan kedua jagoanku kutinggal sementara di Kota Palu, ya...dengan maksud biar mereka tidak repot-repot dalam memikirkan tempat tinggal gitu...


Tidak lebih dari satu bulan aku punya kesempatan untuk mengambil keluargaku di Palu untuk kuboyong ke Jayapura walau rumah dinas yang dijanjikan untukku belum juga kosong, dan sementara aku sekeluarga tinggal di tempat teman seperjuanganku (Pak Agung Yulianta - yang juga sama-sama dari Palu). Aku mendapat kesempatan ini karena dapat tugas ke Anyer tanggal 14 - 18 Nopember 2006, sekembalinya dari sana aku singgah ke Palu untuk membawa keluargaku (3 orang) dan keluarga Pak Agung (4 orang)


Untuk sementara kami menempati rumah dinas Pak Agung bersama-sama sambil menunggu kosongnya rumah dinas jatahku sekeluarga. Tepat tanggal 1 Januari 2007 kami sekeluarga dapat memasuki rumah dinas itu, Alhamdulillah...setidak-tidaknya tempat anak-anakku bermain semakin luas. Untung juga tempatku itu, airnya bisa dibilang sangat lancar, setidaknya dua hari sekali mengalir (maklum di daerah lain ada juga yang seminggu hanya mengalir sekali, atau ada yang tidak sama sekali mengalir, terpaksa harus beli air satu tangki kira-kira 150.000). Alhamdulillah sampai sekarang tidak pernah aku sampai beli air.....

Alam Kota Jayapura sangat menarik, tanahnya berbukit-bukit(yang datar sedikit(dekat gunung dan dekat pula ke laut)), tapi dengan demikian malah mempunyai daya tarik tersendiri. Rumah-rumahnya jadi seperti persawahan di jawa di daerah pegunungan...dibikin terasering. Dari kejauhan sangat ndah dilihat, apalagi di waktu malam. Semakin bagus kelihatannya dengan terangnya lampu masing-masing rumah. Yang indah juga,kita dapat melihat laut lepas dari ketinggian bukit yang jaraknya dari laut tidak terlalu jauh. Kita bisa melihat dari atas, pelabuhan Jayapura yang letaknya di teluk yang airnya tidak terlalu tinggi (beda lagi yang di laut lepas/samudra pasifik yang juga terlihat dari atas). Sangat menakjubkan melihat dari ketinggian yang tidak terlalu jauh, sehingga kita bisa mengamati detail keindahannya dengan mata telanjang (tanpa perlu menggunakan teropong gitu loooh...)

Yang sangat disayangkan, jalan yang ada tidak terlalu banyak alternatifnya. Ini karena kondisinya memang tidak memungkinkan untuk membuat banyak jalan, jadi andaikan ada demo, praktis agak merepotkan, macet sekali dan kadang bisa terhambat perjalanannya karenanya. Alat transportasi bisa dibilang lengkap. Kapal laut setidaknya seminggu sekali masuk pelabuhan Kota Jayapura yang memang ada di tengah kota. Kapal yang masuk diantaranya NGGAPULU, DOROLONDA, SINABUNG. Sedangkan untuk angkutan pesawat, bandaranya cukup jauh dari kota, ya... sekitar 30 km dengan maskapai penerbangan cukup beragam(garuda, merpati, lion, batavia). Jadi banyak alternatif untuk menuju kota ini. Tapi ya... jangan kaget kalau ongkosnya juga banyak (jauh khan... bandara - kota bisa sampai 250 ribu)

Jangan mengira bahwa kota Jayapura masih terbelakang (usianya sudah 98 tahun dan berdasarkan IHDR 2004 Kota Jayapura menempati ranking ke-48 di Indonesia), penduduk pendatang sudah banyak di kota ini, bahkan kalau anda mengunjungi pasar-pasar tradisional akan banyak anda jumpai warga pendatang sebagai pedagangnya (orang jawa,sulawesi, sumatera juga ada). Sektor perdagangan ini sepertinya dikuasai oleh pendatang, walaupun ada juga penduduk asli yang menjadi pedagang, mereka rata-rata berjualan hasil kebun berupa buah-buahan dan hasil bumi lainnya. Tidak ketinggalan juga mereka jualan pinang sebagai kegemaran masyarakat papua (rata-rata gigi mereka sangat kuat). Hanya saja ludah dari aktivitas makan pinang ini dibuang sembarangan. Jadinya yang belum tahu, mengira banyak darah berceceran di jalan-jalan. Padahal itu adalah akibat makan pinang tersebut.

Sedang untuk sektor pariwisatanya tidak terlalu banyak variasi. Andalan utamanya adalah wisata pantai karena kotanya berada di sepanjang pantai. Sepanjang pantai (yang juga sepanjang kota) memang sering dikunjungi. Taman Mesran Pertamina, Pantai depan gubernuran dan pantai daerah ruko dok 2 merupakan tempat favorit anak-anakku untuk bermain-main dikala liburan atau hari sabtu, minggu... Ya.. pilihan ini adalah yang termurah dibandingkan jika memilih tempat-tempat lain. Di tempat lain kadang-kadang kita harus menyediakan biaya tambahan tak terduga untuk mengatasi adanya penduduk setempat yang menarik biaya semaunya. maklumlah harga-harga di papua sangatlah tinggi (mangga yang saya dapat di Kota Palu satu biji dengan harga seribu, di papua minimal 10 - 15 ribu....)

Sebenarnya masih banyak sekali yang bisa diceritakan mengenai Kota Jayapura tentang berbagai potensi yang ada pada Kota Jayapura ini. tentang potensi ekonomi sampai potensi perkembangan kotanya. Hanya sajamungkin kesempatan yang belum memungkinkan untuk mengungkapkannya secara lebih terinci lagi. Namun dari semua itu yang paling penting bagiku adalah bahwa anak laki-lakiku ke-3 lahir di Kota Jayapura (PD4 kata orang sana) tepatnya di RSUD Dok 2 pada tanggal 26 Agustus 2008 setelah kakak keduanya berumur 4 tahun yang lahir di Kota Yogyakarta tahun 2004 dan kakak pertamanya yang berumur 7 tahun lahir di Kota Palu pada tahun 2001.

Beberapa saat setelah aku tulis hal ini,ternyata aku mendapat kabar bahwa aku dimutasikan ke Kota Samarinda, dan terhitung mulai tanggal 14 Januari 2009 aku sudah berada di Kota Tepian ini..... Kota samarinda....