21 Agustus 2018

Rawat Inap Hanifa 4 hari di SMC

Sabtu tanggal 4 Agustus 2018 aku pulang ke Samarinda melalui Kota Tarakan. Sudah menjadi rutiniatas kembali bagiku untuk secara berkala harus pulang ke rumah. Layaknya seperti beberapa tahun yang lalu  antara 2010 hingga 2014. Kali ini perjalanan yang ditempuh meliputi tiga etape: etape pertama menyusuri sungai dan menyeberang lautan sekitar 1 jam 15 menit, etape kedua melalui udara sekitar 1 jam 5 menit, dan etape ketiga melalui jalan darat sekitar 3 jam. Lewat Laut, Udara dan lewat darat. Perjalanan ini akan menjadi rutinitas kembali dengan waktu dan tempat yang berbeda dilihat dari asal lokasi sesuai tempat tugas yang terus berpindah-pindah. Inipun agar bisa berkumpul bersama keluarga dalam jangka waktu yang terbatas. Tiket balik ke tempat tugas pun sudah dibeli utk tanggal 5 Agustus 2018.

Kepulangan kali ini terasa beda, karena beberapa hari sebelum pulang, istriku mengabarkan bahwa anakku Hanifa sedang demam. Sudah diperiksakan ke puskesmas dan dikasih obat, demam sudah turun, namun si Hanifa seperti masih lemas dan hanya tiduran saja. Terlihat bintik bintik merah, petugas puskesmas mengira itu hanya akibat gigitan nyamuk saja. Akan tetapi istriku khawatir jika itu merupakan bagian dari tanda-tanda DBD. 

Setibanya aku di rumah Samarinda pukul 12.15WITA dan istirahat beberapa saat sambil menunggu pulangnya si Hanan anak sulungku atau si Hishnun anak keduaku, kami berdua (aku dan istri) berencana membawa Hanifa untuk periksa darah untuk memastikan kondisinya. Ketika anak ku Hishnun yang ternyata pulang lebih dulu dari kakaknya, saat itulah aku dan istri membawa Hanifa ke klinik Masjid Islamic Center Samarinda untuk di tes darah jam 14 lebih dikit. Dari hasil tes darah HB nya 8 dan trombositnya 105.000. dan disarankan dokternya untuk segera rawat inap di rumah sakit.
Berhubung Klinik Masjid Islamic Center tidak mempunyai rawat inap, maka kami dirujuk ke Rumah sakit yang ada rawat inapnya. Dengan pertimbangan tertentu kami memilih RS SMC Samarinda yang tak jauh dari rumah. Selanjutnya langsung kami bawa Hanifa ke RS SMC, tanpa singgah dulu ke rumah yang kami lewati.Di RS SMC kembali Hanifa diambil darahnya. miris aku sebenarnya, kasihan anak umur 10 bulan diambil darahnya dalam waktu yang tidak berselang lama itu. Padahal sudah ada hasil lab dari klinik sebelumnya. Alasannya sih karena standar rumah sakitnya berbeda. Tidak masuk akal sih bagiku, lha wong tes darahnya belum 1 jam juga, masa diambil lagi hanya dengan alasan seperti itu. Namun ya apa boleh buat, demi kesembuhan buah hati kami-Hanifa Azkadina Faizah.

Mulai hari sabtu itu aku dan istri tidur di RS SMC. Tindakan- tindakan kedokteran diterapkan ke anakku itu. Mulai dari Tranfusi darah mengingat HB nya rendah. Darah golongan B+ dari PMI alhamdulillah tersedia. Tepat pukul 23.30 anakku transfusi darah sebanyak 100 ml sekitar 1 jam.  dan infonya nanti setiap 12 jam akan dicek lagi darahnya di lab. Belum lagi minum obat yang harus tertib, termasuk menyuapi makan bubur yang disediakan atau bubur yang dibawa dari rumah yang sudah dilembutkan, yang tentunya butuh kesabaran. 

Tes darah pertama dilakukan ketika pagi harinya setelah di tranfusi darah, hasilnya hb nya sudah meningkat menjadi 14, namun trombositnya turun ke angka 38.000. Pada tes darah berikutnya hasilnya trombosit naik ke angka 62.000 dan hb nya di angka 11. Proses pengambilan darah nya yang membuatku merasa iba pada anakku, pengambilan dara melalui lengan yang kadang tidak menemukan nadinya seakan sangat menyiksa nya. Masih mendingan pengambilan melalui jari-jari tangannya yang mungil. itu tidak terlalu menyakitkan. Tapi semua ini demi kesembuhan Hanifa, dan kami harus menahan hati untuk tindakan kedokteran semacam ini.

Hari- hari aku dan istri tidur di RS menemani Hanifa. Ketika waktu menjelang subuh, istriku pulang ke rumah untuk mengurus anak-anakku yang lain yang masih sekolah di TK dan SD. kalau yang SMP dan SMA sudah bisa mengurus dirinya sendiri lah. perhatian khusus masih diperlukan untuk yang TK dan SD. Menjelang siang baru istriku kembali ke RS dan berganti aku yang pulang untuk sekedar mandi dan juga menjemput sekolah anak-anak. Begitu menjelang ashar baru aku kembali ke RS untuk ikut juga jaga menemani Hanifa dan istriku. Begitulah selama 4 hari kami menemani si Bungsu di RS SMC, dan alhamdulillah tanggal 8 agustus sudah boleh rawat jalan walaupun trombositnya tercatat masih di kisaran 64.000.







03 Agustus 2018

Karang Malikin di Mangkupadi Tanjung Palas Timur Bulungan Kalimantan Utara





Sebenarnya rutinitasku di hari ahad adalah main Bulutangkis dengan teman-teman yang punya hoby sama di jalan Gapensi Tanjung Selor. Kali ini ahad tanggal 29 Juli 2018 kegiatan itu terpaksa kubatalkan karena dua temanku sepertinya sangat punya keinginan untuk wisata, menjelajah wilayah Kalimantan Utara ini. Akhirnya kami bertiga (aku, Pak Asyep dan Pak Kirno, ditemani mas Wawan sebagai penunjuk jalan dan sekaligus supir) jadilah pergi ke Karang Malikin, katanya di sana ada suatu busung yaitu pasir yang berada di tengah laut yang akan nampak ketika air sedang surut dan memiliki pemandangan bawah laut yang indah dan layak untuk bermain snorkling.
Berangkat pagi jam 7.00 waktu setempat kami segera meluncur ke tempat tujuan, walau jika dihitung dari jarak tidak terlalu jauh, namun mengingat kondisi jalan yang memang belum sempurna, masih terdapat lubang dan jalan berbatu-batu, perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 3,5jam. sekira pukul 10.30 kami baru sampai di tempat tujuan. Sebenarnya potensi alamnya bisa dibuat sedemikian rupa agar lebih menarik, namun kenyataannya kondisi tempat yang belum begitu tertata rapi dan belum terlihat sebagai tempat tujuan wisata. Petunjuk arah belum ada, fasilitas umum juga masih belum memadahi, dan tentunya perlu dana besar untuk pengembangannya lebih lanjut.
Lepas dari itu semua, kami berempat tetap menikmati wisata kali ini. Berbekal alat-alat snorkling, kami berangkat ke tengah laut, ke tempat busung itu berada. Kami diantar oleh penjaga pantai di sana, namanya Pak Dar (sesuai rekomendasi dari Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Utara) sekitar pukul 11.30. Perjalanan 15 menit atau 20 menit tidak terasa jauh, menggunakan speed kecil dengan mesin 50PK. cuaca yang sedikit gerimis sangat mendukung petualangan kami kali ini, sehingga tidak terasa panas yang membakar kulit kami. Gerimis dan mendung seakan ikut menyemangati kami dalam bermain air laut, melihat keindahan karang dan ikan-ikan warna warni di lautan luas. 

Masya Alloh sangat indah ciptaanMu yaa Alloh.