02 Januari 2010

Oh Ibu........

Seminggu setelah hari ibu, selasa hari itu (29 Desember 2009) merupakan hari yang diliputi kabut bagi diriku dan keluarga besarku. Bukan hanya mendung tebal yang ada di Kota Samarinda saja yang ada, tetapi ternyata mendung itu juga merayap sampai ke lubuk hatiku. Betapa tidak, siang itu setelah makan siang bersama anakku yang kedua (Hishnun), aku mendapat telpon dari adikku yang di Purworejo. Betapa terkejutnya aku dan serasa tidak percaya, dari sana aku mendengar adik bungsuku sambil menangis mengabarkan bahwa ibuku baru saja meninggal dunia hari itu pukul 11.45 WIB. Padahal baru hari sabtu sebelumnya aku menelepon ibuku tersebut lama-lama seperti kebiasaanku selama ini. Saat kutelepon itu, ibuku sangat semangat menceritakan bahwa hari minggu berikutnya akan menghadiri undangan bimbingan haji. Aku senang mendengarnya.

Tetapi ternyata hari sabtu itu adalah hari terakhirku mendengar suara ibuku yang merdu sekali di telingaku secara langsung. Hari sabtu itu adalah hari terakhirku bisa menelepon ibuku melalui jaringan dunia. Dengan mendengar suaramu, Ibu, semangat anakmu di rantau bisa bertambah. Dengan mendengar suaramu, Ibu, anakmu ini bisa merasakan ketentraman di hatinya. Betapa tidak, kerinduan ini dapat sedikit terobati hanya dengan mendengar suaramu ...oh....IBU.

IBU....., ternyata ketika tanggal 1 Nopember 2009 kemarin adalah kali terakhir Engkau bisa mengantarku pergi. Kali terakhir aku melihat tangisanmu yang tertahan ketika melepas kepergianku. Bukan maksudku untuk meninggalkanmu pergi merantau, namun keadaan yang memaksanya demikian. Aku masih ingat ketika setelah 2 bulan aku meninggalkan Kota Purworejo ,pergi ke Kota Palu, aku berkeras untuk pulang ke kampung saja. Akan tetapi waktu itu IBU dan Bapak tidak mengijinkannya. Padahal kerinduanku sebagai anak yang ingin selalu berada di dekat kedua orang tuanya sangatlah besar di dadaku. Keinginan seorang anak yang ingin selalu dibelai oleh kedua orang tuanya pun besar di dadaku. Aku tidak rela dan tidak ingin IBU dan Bapak bersusah payah lagi pergi ke sawah, memanen padi tiap datang musim panen tiba, dan menjemurnya setelah itu, yang sangat membutuhkan tenaga yang cukup berat untuk mengerjakannya. aku ingin selalu membahagiakan kalian, IBU dan Bapak.

IBU...., betapa besar jasamu padaku dan saudara-saudaraku. Engkau telah melahirkanku, merawat, dan mendidik kami hingga besar seperti ini......Lihatlah BU....anakmu ini. anak yang selalu merindukanmu. Engkau tidak pernah marah kepada kami, kecuali karena didorong oleh kasih sayangmu pada kami. Sementara kami .... kami ....sering membantah dan bertengkar.....sehingga membuatmu kesal. Maafkan kami IBU, itu semua karena ego kami yang masih tinggi. maafkan kesalahan kami IBU..

IBU.... bagiku Engkau tetap masih hidup. Hati kami ini tidak akan pernah melupakanmu IBU. walau bagaimanapun dan apapun kami akan selalu mengingatmu dan menghidupkanmu dalam hati-hati kami....OH.......IBU......