31 Desember 2011

Muhasabah yang telah berlalu, bertekad lebih baik untuk tahun yang akan datang

Pergantian tahun sering dipakai ajang bagi masyarakat untuk melakukan pesta yang sebenarnya lebih kepada pemborosan dan kurang bermanfaat. Betapa tidak, sementara masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam lilitan kemiskinan, mereka bahkan - kalau boleh dikata - belum tersentuh sama sekali oleh kita, bahkan pemerintah. Namun banyak dari kita malah dengan ringannya mengeluarkan rupiah untuk perayaan tahun baru membeli kembang api yang akan dinyalakan di pergantian tahun baru. Sementara untuk bersedekah saja berpikir tujuh kali untuk mengeluarakannya dan yang keluar adalah lembaran-lembaran yang nilainya kecil atau bahkan hanya recehan saja yang bisa meluncur. Bukankah lebih baik, dana kembang api tersebut diperuntukkan buat mengentaskan kemiskinan, membina mereka-mereka yang belum tersentuh tersebut.
 
Tahun baru lebih baik diisi untuk muhasabah diri yang jauh lebih bermanfaat daripada sekedar hura-hura dan akhirnya menyisakan banyak sampah-sampah menumpuk. Waktunya kita untuk muhasabah diri. Berapa banyak amal yang telah kita kumpulkan. Berapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan. Bermanfaat kita bagi orang lain, buat keluarga (anak dan istri). Sementara waktu yang telah dijatahkan untuk kita berkurang 1 tahun. Kulit sudah semakin keriput. Rambut sudah semakin banyak beruban. 
 
Mumpung masih diberi waktu, marilah kita bertekad untuk memperbaiki diri dan memanfaatkannya untuk kebaikan dan tilak melakukan hal-hal yang sia-sia. Awal tahun hendaknya kita mantapkan niat untuk semakin baik dan semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Esa untuk memperoleh ridho-Nya.

27 Desember 2011

Empati.....belum semua orang mengerti

Berbagai kasus "bentrokan" antara masyarakat dan aparat keamanan sangat "mengesankan". Betapa tidak, kejadian-kejadian seperti itu akhir-akhir ini kerap kali kita dengar. Belum lagi kasus MESUJI selesai, telah kita dengar kembali kejadian serupa di BIMA. Hal ini menunjukkan seberapa tinggi tingkat kedewasaan masyarakat INDONESIA ini dan juga seberapa tinggi kualitas aparat keamanan KITA.
Apakah mereka semua tidak terdidik....tidak juga, banyak dari mereka yang telah mengenyam pendidikan (bahkan sampai ke tingkat yang tertinggi). Apa yang salah pada, pada masyarakat kita, pada aparat keamanan KITA.  Mereka bisa baca dan bisa tulis, hanya saja belum menggunakan nalar dan pikiran serta nurani sebagai manusia. Mereka masih mementingkan kepentingan sendiri-sendiri, dan tidak pandai berempati. Jikalau keadaan seperti ini terus berlanjut, bagaimana INDONESIA bisa MAJU....
Untuk itu marilah KITA memperbaiki diri, menggunakan nalar dan pikiran KITA untuk KEBAIKAN dengan tidak mengabaikan hak-hak orang lain. Andaikan pribadi-pribadi orang-orang INDONESIA baik, maka kebaikan itu akan terhimpun dalam kebaikan yang lebih besar lagi hingga terciptanya bangsa yang baik pula.