Aku tidak sempat berpikir untuk singgah ke kampung halaman terlebih dahulu seperti teman-teman. Kurasa waktu yang sedikit itu lebih berharga untuk bersama anak-anak dan istriku di Jayapura daripada singgah ke kampung halaman. Bukannya aku mengabaikan kewajiban terhadap keluarga besarku, tapi kurasa lebih besar lagi kepentingan keluargaku dalam hal ini. Untuk pulang ke kampung halaman kurasa ada waktu tersendiri yang lebih baik.
Semula aku berencana untuk berangkat sendiri terlebih dahulu ke Samarinda dan keluarga akan menyusul belakangan, tapi mengingat waktu untuk menyusul tersebut belum dapat dipastikan dan kondisi anak pertamaku yang baru saja semesteran serta kerepotan jika ketiga anakku kutinggal dahulu di Kota Jayapura, maka kami putuskan untuk ikut serta anak pertamaku berangkat ke Samarinda. Disamping sebagai penghibur hatiku (biar tidak kesepian), sekaligus agar pelajarannya tidak jauh tertinggal/berbeda karena baru masuk semester genap, juga penyesuaiannya tidak terlalu sulit.
Akhirnya tanggal 14 Januari 2009 pagi kami berdua ( baca aku dan anak pertamaku) berangkat ke Samarinda. waktu itu aku diantar pak Kartum ke bandara Sentani. ditengah jalan menuju bandara pak Kartum cerita akhir-akhir ini pesawan Lion yang akan aku tumpangi biasanya terlambat penerbangannya. Sedikit banyak info ini membuatku khawatir (belum lagi pikiranku terhadap kekhawatiran istriku yang kutinggalkan itu), karena aku akan ganti pesawat di Makassar dengan pesawat Merpati. Ini dengan pertimbangan jika aku tetap memakai pesawat Lion , selain biayanya lebih mahal waktu sampai di Samarinda diperkirakan malam hari (sekitar jam 10 malam). Sedang jika ganti pesawat di Makassar dengan menggunakan Merpati, perkiraan sampai di Kota samarinda sekitar jam 16.00.
Sampai di bandara Sentani dengan perasaan masih cemas, aku masuk ke bandara dengan seorang porter untuk membawa barang-barangku yang lumayan banyak. Pak Kartum waktu itu tidak langsung pulang, karena sekalian menjemput kedatangan Pak Kanwil (Pak Prajono) yang dijadwalkan akan datang hari itu juga dari Manokwari
Sambil aku lapor untuk keberangkatan, kupasang telinga untuk dengar info tentang pesawat yang akan kunaiki, dan alhamdulillah ternyata pesawat lion sesuai jadwal kedatangannya di Bandara Sentani. Ini artinya bahwa jadwal keberangkatanku kemungkinan tidak tertunda. Kutunggu keberangkatan di ruang tunggu bandara dengan hati lega.
Tiba di Balikpapan sekitar pukul 13.45 dan disambut dengan guyuran hujan yang tidak terlalu deras. Baru kemudian menuju ke Kota Samarinda dengan menggunakan perjalanan darat sekitar 125 km. Kami berdua melanjutkan perjalanan tersebut dengan menggunakan mobil carteran kijang yang memang ada banyak di bandara. Biasanya satu mobil diisi sekitar 4 - 6 penumpang dengan tujuan Kota Samarinda, dengan begini biaya yang ditanggung masing-masing penumpang menjadi lebih ringan. Setidaknya dalam satu kali jalan ongkosnya sekitar 250 - 300 ribu. (sama dengan Bandara sentani ke Jayapura yang hanya 35km). Kondisi jalan yang berbelok-belok dan dapat dibilang sering, semakin membuat kami berdua agak pening. Untung saja anakku bisa tertidur agak lama dalam perjalanan ini,sehingga tidak terlalu terasa (mungkin). Penumpang di depanku yang menjemput anaknya dari jawa, mabuk berat, berkali-kali dia muntah selama perjalanan.
Perjalanan yang diperkirakan selama 2 jam, ternyata ditempuh lebih dari 3 jam. Kami tiba di Kota Samarinda sekitar pukul 18.00 WIT. Ini dikarenakan selain di perjalanan hujan yang turun berhenti dan datang lagi yang mempengaruhi laju kendaraan, juga dikarenakan ada salah satu penumpang yang menyimpang jalur sekitar 10 km, sehinggaperlu waktu lagi untuk kembali ke jalur yang benar 10 km juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar