27 November 2011

Usia Jembatan Kukar 10 Tahun ?

Mendengar jembatan Kutai Kartanegara yang menghubungkan Tenggarong ke Samarinda runtuh atau ambruk tanggal 26 November 2011 sore kemarin, sangat memprihatinkan. Banyak pertanyaan timbul akan kejadian ini. Bagaimana proses pembangunannya? Pengawasan terhadap speknya? Perawatannya? Siapa pemborongnya? Siapa Ahli tehnik sipilnya? Bagaimana moralitas dari yang mengerjakan pembangunan jembatan tersebut? sampai-sampai tingkat korupsi (kalau tidak mau disebut budaya korupsi) di negeri ini pun ada kaitannya dengan kejadian ambruknya jembatan ini.
Semua perlu pembuktian lebih detail, tapi sebenarnya ambruknya jembatan itu sendiri sudah menjadi bukti bahwa pembangunan prasarana fisik kita banyak masalah. Tidak hanya jembatan saja yang ambruk, gedung sekolahpun kerap kali kita dengar roboh atau atap plafonnya runtuh.Semua ini sangat memprihatinkan. Segelintir orang mengambil keuntungan dari pekerjaan fisik tersebut mengakibatkan banyak orang-orang tak berdosa mendapat celaka karena ulah mereka.Pada ambruknya jembatan Kukar ini saja telah menelan korban meninggal 5 orang, 40 luka-luka, dan 32 orang masih dinyatakan hilang dan belum ada kabar beritanya.
Hal ini seharusnya menjadikan kita selaku anak bangsa, mengoreksi diri dan memperbaikinya.Mental bangsa ini harus terus dibenahi sehingga perilaku-perilaku tidak jujur, perilaku tidak adil, perilaku yang menyimpang dari kebenaran dapat ditiadakan.

26 November 2011

Roda Berputar Lagi

Sepertinya memang sudah menjadi sunnatullah bahwa roda itu bundar dan perputarannya memang sudah demikian. Suatu ketika titik terendah akan menjadi titik tertinggi dan begitu juga sebaliknya titik tertinggi akan juga suatu ketika menjadi titik terendah. Kalau roda tersebut diputar dalam keadaan datar, maka titik yang paling kanan suatu ketika akan menjadi titik yang paling kiri, demikian sebaliknya.
Tidak beda juga dengan apa yang terjadi dalam dunia kerjaku, bagian per bagian dalam dunia kerjaku juga bisa diibaratkan roda tersebut yang diletakkan datar. Bagian per bagian bisa silih berganti dijalani. Suatu ketika di bagian A dan dilain waktu di bagian B dan di suatu ketika lagi kembali ke bagian A. itu sudah biasa karena perputaran roda mutasi begitu cepatnya. kali ini aku kebagian lagi untuk bagian yang pernah dua periode kujalani dengan tempat yang berbeda.
Ya.... semua bagian sama saja asal dijalani dengan ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab... semoga jadi amal sholeh yang memperbanyak timbangan amalku di akhirat....amin

04 Februari 2011

Bermain sejenak di Cileunca, Pangalengan.....

Ada kalanya dibutuhkan juga melepas lelah dengan bernmain ala anak kecil, karena pada dasarnya manusia memang masih mempunyai sifat kekanak-kanakan. Sejenak untuk melupakan kesibukan, kepenatan, dan itung-itung juga menghilangkan kesepian dikala hari sabtu minggu tidak berkumpul dengan keluarga tercinta. Asyik juga bermain di Cileunca Panglengan hari sabtu tanggal 29 Januari 2011.

Merasakan jadi anak kecil kembali serasa umur ini belum menyentuh kepala 3. Merasakan derasnya arus Palayangan River yang menyeret perahu apung kami....hup sangat menyenangkan. Walau ada cerita temen yang sempat tercebur dan terseret arus hingga beberapa meter, namun masih tetap menyenangkan. Serasa semakin dekat dengan Sang Maha pencipta. Apalagi ketika main tembak-tembakan, dan diri ini terkena tembakan, sempat terbayang jika itu merupakan suatu pertempuran yang betulan. Apalah artinya diri ini jika sudah sampai waktunya. Sudah tidak lagi dapat bermanfaat bagi keluarga, sanak saudara dan orang lain. Mudah-mudahan semua ini dapat semakin meningkatkan keimanan diri ini dan dapat menjadikan hidup ini bermanfaat sesuai tuntunan Qur'an. Amin

01 September 2010

Takana jo kampuang......

Setelah sekian lama tidak pulang ke tanah kelahiran, akhirnya tersampaikan juga keinginan hati untuk melihat dan merasakan kembali segarnya udara di tempat di mana aku dilahirkan. Waktu yang lebih dari 30 tahun sudah cukup membuatku sangat merindukannya. Tempat yang asri, tempat yang indah, dan sekaligus bersejarah bagiku..... BUKITTINGGI.....











29 Juli 2010

Liburan sekolah di Jawa

Kali ini anak-anak kubawa liburan ke tempat Simbah mereka. Bukan apa-apa, hanya sekedar ingin mendekatkan secara batin antara anak-anak dan simbah mereka. Waktu yang hanya sebulan serasa belumlah cukup untuk liburan, namun jika terlalu lama juga tidak baik, karena untuk libur kali ini aku hanya bisa menemani mereka bermain hanya seminggu sekali di hari sabtu dan minggu. Posisiku yang berada di Jakarta, mengharuskan aku tiap jum'at sore harus mudik ke purworejo dan jogja. Hal ini kurasa lebih masuk akal dibandingkan kalau aku harus tiap minggu balik ke samarinda. Untuk pulang ke purworejo/jogja jauh lebih hemat dan frekuensi bertemu dengan anak-anakku bisa lebih banyak.

Dari tanggal 13 juni hingga 10 juli anak-anakku berada di tempat simbah mereka. Seminggu di purworejo dan seminggu kemudian di jogja. Ini juga untuk berbagi antara simbah di Purworejo dan simbah di Jogja. Setiap kali aku pulang menjenguk mereka dan sekaligus tentunya mengunjungi Bapakku dan Ibu mertuaku, anak-anakku selalu mengajak bermain atau jalan-jalan. Pergi ke kolam renang, pergi ke pantai, main sepeda, beri makan kelinci, main ke sawah, dan masih banyak lagi yang lain. Ternyata anak-anakku sangat senang di tempat simbahnya. Maklumlah.... orang bilang perhatian dan kasih sayang orang tua beda dengan kasih sayang/perhatian kakek atau nenek mereka. Selain itu yang membuat mereka senang di tempat Kakeknya karena di sana juga banyak teman bermain sebaya, dari kakak dan adik sepupu hingga tetangga-tetangga di desa yang juga banyak mempunyai anak-anak kecil sebaya anak-anakku. Saking senangnya di tempat Simbah, sampe-sampe anak keduaku-Hishnun-waktu mau pulang merengek padaku, "ayah besok ke tempat simbah lagi ya, yang ada mbak Dian nya? wah...bagaimana ini, tidak setiap saat bisa pulang pergi seenaknya, biaya juga harus diperhitungkan tentunya. Antara kebutuhan dan keinginan tentunya harus diselasarkan. Ya mudah-mudahan dapat rizki lagi dan bisa untuk silahturahim lagi ya..... nak.

24 Juni 2010

Dapat kunjungan dari maitua....

Seminggu yang lalu, lengkap seminggu juga aku dikunjungi oleh belahan jiwaku. kebetulan dikala itu ia dapat panggilan pelatihan di Jakarta untuk memperdalam keahliannya di lab. Senang juga rasanya, yang selama ini seperti berada di hotel prodeo, jadi lebih menyenangkan berada di dalamnya. Seperti anak muda lagi jadinya, berpacaran lagi (pacaran setelah menikah lho-jangan salah). Mau kemana-mana minta dianter-anter dsb. Sejenak melupakan rutinitas harian yang kadang membuatku gundah. Dengan hadirnya dia-ibu dari anak-anakku-setidaknya memberi semangat baru bagiku untuk selalu menumbuhkan rasa cinta ini(karena Alloh). Seindah-indahnya berada di sangkar emas, dengan segala fasilitas lengkap di dalamnya jika jauh dari keluarga tidaklah dapat menggantikan kedekatan seorang suami dengan anak-anak dan istrinya.

25 Mei 2010

Bengkulu......


Bengkulu, kota yang merupakan Ibu Kota Provinsi ini terletak di kawasan pesisir barat Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia dan berada pada koordinat 300 45’ – 300 59’ LS dan 1020 14’ - 1020 22’ BT dengan luas wilayah 151,7 km2.Penduduk yang mendiami kota ini berasal dari berbagai suku bangsa, antara lain ; Suku Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, Bugis, Minang, Batak dan lain-lain. Kota ini memiliki beberapa obyek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan yang terdiri atas, Wisata Alam, Wisata Sejarah dan Wisata Budaya.(www.bengkulukota.go.id)

Hanya saja waktu berada di kota ini terlalu singkat sehingga tidak banyak tempat-tempat yang bisa kukunjungi. Tapi tidak apalah, sekedar sudah sampai ke pulau Swarnadwipa sudah membuat hatiku senang. Apalagi ini merupakan kali pertama aku bisa menginjakkan kaki kembali di pulau ini setelah lebih dari 30 tahun meninggalkannya.


28 April 2010

Senang Bertemu Walau Hanya Dalam Mimpi.....

Setelah sekian lama aku tidak jumpa dengan ibuku, semalam aku sangat bersyukur pada Alloh-alhamdulillah ya Alloh- walau hanya bertemu dalam mimpi, Engkau beri kesempatan pada hambaMu ini untuk melihat dan memeluk Ibundaku tercinta bagaikan di alam nyata. Saat itu Ibuku baru pulang dari persawahan, ketika aku datang bersama Bapakku dari rumah adikku. Ibuku terlihat bahagia, Ia tersenyum padak
u dan juga pada Bapak. Betapa rindunya aku pada Ibu, sehingga setiba di hadapannya, Ibu langsung aku peluk seerat-eratnya. Dalam dekapan Ibu aku merasakan kenyamanan dan ketenangan yang luar biasa. Mungkin ini juga dikarenakan aku tidak bisa setiap saat bisa bertemu dan berjumpa dengan Ibu, yang semua kasih sayangnya selalu kuharapkan. Aku sangat merasa senang dengan melihat Ibuku tersenyum.

Ya Alloh berilah kesempatan kepadaku untuk kembali bisa bertemu dengan Ibuku dalam mimpi, karena hanya dengan mimpi saja, seakan aku melihat Ibuku hidup kembali, walaupun secara nyata Ibu masih tetap hidup dalam hatiku. Di hari ini, tepat empat bulan yang lalu-pada tanggal yang sama- Engkau telah memanggil Ibuku ya Alloh. Padahal 2 minggu sebelumnya, hambaMu ini berencana untuk selalu mengunjungi Ibu dan Bapak di rumah secara berkala 2 mingguan. Tapi segalanya Engkaulah yang menentukan. Rencana Engkaulah yang merupakan rencana terbaik.

Saat itu aku merasa senang bisa kembali ke tanah jawa, itu artinya bahwa aku bisa lebih sering punya kesempatan untuk berkunjung ke tempat kedua orang tuaku. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang langka bagiku, setelah sekitar 10 tahun aku berada di luar jawa, yang artinya aku tidak bisa sering-sering pulang ke rumah orang tuaku. Tidak setiap tahun aku bisa pulkam, kecuali jika kebetulan aku mendapat tugas untuk ke Jakarta atau daerah lain di jawa, dapat aku sempatkan untuk singgah ke rumah Orang Tua walaupun hanya sesaat.

Dengan aku dimutasikan ke Jakarta, sebenarnya kedua orang tuaku merasa sangat senang, tetapi kenyataannya kebahagiaan tersebut hanya bisa sampai ke angan-angan saja. Ibuku belum sempat merasakan kunjunganku dua mingguan sesuai rencana. Bapakku merasa sedih ditinggal Ibuku yang dua minggu kemudian kembali KehadiratNya. Manusia punya rencana, tapi Allohlah yang menentukan. Dan yang pasti, Alloh tentu punya rencana lain yang paling baik akan hal ini.


12 April 2010

Capeknya pindahan rumah.....

Untuk kesekian kalinya aku harus pindah rumah kontrakan lagi. Entah sudah berapa rumah yang sudah kudiami, namun semuanya bukanlah milikku.Orang bilang kami ini adalah kontraktor, bukan seorang yang dapet job untuk bangun rumah atau sebangsanya,tetapi seorang yang selalu ngontrak dan ngontrak lagi. Mungkin sudah lebih dari sepuluh rumah yang aku tinggali sejak sendiri sampai sekarang dengan anak dan istri.

Pindahan kali ini benar-benar capeknya bukan kepalang.Sehabis menempuh perjalanan dari sore hari dan tiba di tengah malam, besoknya sudah harus angkat-angkat barang untuk dipindahkan. Untung sebagian besar barang-barang sudah diberesin/dipak, tinggal sisa-sisanya saja yang harus ikut kubantu mengepaknya. Sudah perjalanan melelahkan, kurang tidur dan harus angkat-angkat barang tuk pindahan serta beres-beres, rapi-rapi di kontrakan yang baru dalam seharian, kemudian besok siangnya sudah harus kembali lagi ke tempat kerja dengan menempuh perjalanan seharian juga, terbanyang tidak capeknya?

Belum lagi kontrakan yang baru perlu dibenah-benah, kunci pintu ada yang tidak beres, lampu juga tidak lengkap, kamar mandi harus juga dibetulin, bersihkan tandon air, buat meja dapur, dan juga sekat ruangan juga diperlukan untuk kenyamanan. Itu semua butuh bahan-bahan untuk betulinnya. Cari bahan dan cari tukang untuk betulin semua itu. Dalam waktu dua hari saja (kurang kali=jum'at dini hari sampai minggu siang)semuanya harus selesai. Keliling kota cari semen, pasir, bata, keramik, kayu dll harus diselesaikan semuanya.

Ini semua demi kasih dan sayangku pada mereka( anak dan istriku), agar mereka tidak terlalu menanggung beban yang berat tanpaku disampingnya. Ini bukanlah suatu keluhan, melainkan ungkapan cintaku pada mereka dan wujud perhatianku padanya, selain memang tugasku sebagai suami dan rasa tanggung jawabku pada mereka yang telah diamanahkan-Nya padaku. Lelah, capek, dan apa namanya tak kuhiraukan semua, asalkan mereka merasa senang karenanya. Jarak Jakarta-Samarinda pun bukanlah penghalang untuk hal ini, semuanya berlandaskan akan niat yang baik untuk melakukannya. mudah-mudahan semuanya menjadi berkah dan ditulis sebagai amal sholeh kami( termasuk teman-teman yang turut serta membantu dalam kepindahan kontrakan kami sekeluarga)

19 Maret 2010

Ibukota?

Sudah dua bulan aku berada di ibukota, ternyata benar kata orang, semuanya serba cepat dan bisa dibilang terburu-buru. Apa-apa inginnya cepat selesai. Mungkin memang itu ya.... iramanya kalau hidup di ibukota. Sampai-sampai untuk olahragapun harus cepat-cepat, keburu urusan yang lain menanti. Ya...akhirnya olahraga yang cocok adalah jalan cepat ataupun lari cepat....hehehe.....

Disampin itu ternyata di ibukota, harus pandai-pandai berhitung, diantaranya berhitung waktu, berhitung cuti, berhitung jarak, berhitung biayanya, dan lain-lain serba dihitung. Kayak orang pelit jadinya. Ah...kok jadinya kayak orang menggerutu ya.....Tapi apa mau dikata, memang itu adanya, tinggal dijalani saja dengan ikhlas dan sabar. Semuanya memang sudah diatur waktunya sampai sedetil sekalipun oleh Yang Maha Kuasa.

09 Februari 2010

Berusahalah menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain....

Bulan ini aku baca majalah Sahid, diantara artikel yang menarik bagiku adalah yang membahas tentang manfaat seseorang bagi orang lain. Intinya semua orang itu ada manfaatnya bagi orang lain, hanya saja seberapa besar kemanfaatan itu tergantung padi diri masing-masing orangnya. Makanya ada hadits yang kurang lebih menyatakan "sebaik-baiknya orang adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain"

Pada perjalananku balik ke Jakarta hari minggu kemarin (setelah mudik hari jum'at ke kotaku,purworejo) kebetulan di kereta, aku duduk di samping seorang nenek yang berusia 65 tahun. Nenek itu ingin diajak ke Jakarta oleh anaknya yang semuanya tinggal di Jakarta. Sebenarnya nenek itu tidak ingin ke Jakarta, tapi apa boleh buat karena anak2 nenek itu yang jumlahnya 5 orang sangat mendesak.

Selama di perjalanan nenek itu dengan semangatnya menceritakan tentang kematian suaminya yang sudah berlalu 1 tahun dan juga tentang kejadian kematian cucunya sebelum suaminya meninggal. Dengan diiringi kesedihan dan keluarnya air mata, nenek itu masih tetap bersemangat untuk menceritakan detil kejadian kedua kematian itu, walau disela-sela ceritanya, nenek itu sering ditegur oleh anaknya agar tidak mengingat-ingat kejadian itu lagi. Nenek itu tetap melanjutkan ceritanya. Ia sangat terkenang akan suami dan cucunya itu, walau sudah sekian lama kejadian itu telah berlalu.

Dengan cerita si nenek itu, aku jadi lebih bisa memahami, betapa sedihnya bapakku ketika ibuku meninggal sekitar 40 hari yang lalu. Sebenarnya bukan hanya bapakku saja yang sedih, kami anak-anaknya semua juga sedih. Kematian Ibu sangat mendadak, dan membaut kami terkejut semuanya(karena tanpa sakit sedikitpun). Dengan cerita nenek itu, setidaknya dapat menggambarkan bahwa yang paling merasa sedih dan kehilangan adalah pasangannya(suami/istri).

Di sini , dengan mendengarkan cerita nenek itu ternyata terdapat beberapa manfaat diantaranya: nenek itu menjadi lega dengan menceritakan kisahnya tersebut sehingga beban di dadanya dapat terkurangi (plong= ada yang mau mendengarkan ceritanya), selain itu juga bermanfaat bagiku untuk perbandingan akan kesdihan bapakku yang baru 40 harian ditinggal ibuku. Jadi dengan aku mendengarkan kisah sedih nenek itu, berarti aku telah memberikan manfaat bagi si nenek dan juga si nenek juga memberikan manfaat bagiku dengan berbagi cerita dan pengalamannya. Oleh karena itu marilah kita semua untuk saling berlomba-lomba dalam memberikan manfaat kepada orang lain, sehingga keadaan bisa menjadi lebih baik.

02 Februari 2010

Siklus berulang lagi.....

Hampir sebulan aku hidup di ibukota Jakarta, ini menjadikan diriku seperti ketika aku sekolah di Jogja dahulu. Aku terpaksa jadi anak kost, dengan berbagai tantangannya. Sebenarnya ini tidak terlalu masalah bagiku. Kuhitung-hitung sudah berkali-kali aku demikian, menjalani kehidupan seorang diri di rantau, hanya kawan dan temanlah yang menjadi saudara di rantau.

Ketika aku kuliah di Jogja, aku bisa pulang ke rumah tiap dua minggu sekali. Ketika merantau ke kota Palu, aku baru bisa pulang setelah 8 bulan di sana, itupun karena adanya diklat yang diadakan di Jawa. ketika aku sekolah lagi di jogja, aku bisa pulang tiap minggu, inipun karena keadaannya lebih baik dibanding dahulu. dan tuntutan agar dapat lebih dekat dengan anakku yang kedua yang baru lahir (agar dia akrab dengan ayahnya). Baru kali ini yang terasa lebih berat, karena harus berpisah lagi. Yang paling memberatkanku adalah anak ketigaku yang masih kecil, sementara aku tidak bisa pulang setiap saat karena kondisi lokasi jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun akan tetap kuusahakan untuk dapat berkomunikasi dengan anak-anak dan istriku walau hanya melalui telephone.

Kehidupan anak kost sudah tidak asing lagi bagiku, jadi aku tidak terlalu canggung lagi. Berbagai permasalahan memang bisa timbul karena adanya perbedaan laatar belakang dari para penghuni kost tersebut. Tidak hanya itu sampai yang kecil sekalipun-misalnya soal kebersihan- ini juga sering menjadi masalah. Tapi tak usahlah kuungkap, kurasa anda juga sudah tahu. Suka dukanya begitu unik, cari makan, antri untuk mandi,dll. Inilah kenyataan bagiku, sepertinya tidak pernah berhenti akan selalu berulang (kecuali ada kebijakan lain dari pemegang kebijakan di tempat kerjaku). siklus ini akan terus berualang dan terus berulang. inilah kenyataannya. hadapi dan jangan pernah menyerah dan berkeluh kesah.

02 Januari 2010

Oh Ibu........

Seminggu setelah hari ibu, selasa hari itu (29 Desember 2009) merupakan hari yang diliputi kabut bagi diriku dan keluarga besarku. Bukan hanya mendung tebal yang ada di Kota Samarinda saja yang ada, tetapi ternyata mendung itu juga merayap sampai ke lubuk hatiku. Betapa tidak, siang itu setelah makan siang bersama anakku yang kedua (Hishnun), aku mendapat telpon dari adikku yang di Purworejo. Betapa terkejutnya aku dan serasa tidak percaya, dari sana aku mendengar adik bungsuku sambil menangis mengabarkan bahwa ibuku baru saja meninggal dunia hari itu pukul 11.45 WIB. Padahal baru hari sabtu sebelumnya aku menelepon ibuku tersebut lama-lama seperti kebiasaanku selama ini. Saat kutelepon itu, ibuku sangat semangat menceritakan bahwa hari minggu berikutnya akan menghadiri undangan bimbingan haji. Aku senang mendengarnya.

Tetapi ternyata hari sabtu itu adalah hari terakhirku mendengar suara ibuku yang merdu sekali di telingaku secara langsung. Hari sabtu itu adalah hari terakhirku bisa menelepon ibuku melalui jaringan dunia. Dengan mendengar suaramu, Ibu, semangat anakmu di rantau bisa bertambah. Dengan mendengar suaramu, Ibu, anakmu ini bisa merasakan ketentraman di hatinya. Betapa tidak, kerinduan ini dapat sedikit terobati hanya dengan mendengar suaramu ...oh....IBU.

IBU....., ternyata ketika tanggal 1 Nopember 2009 kemarin adalah kali terakhir Engkau bisa mengantarku pergi. Kali terakhir aku melihat tangisanmu yang tertahan ketika melepas kepergianku. Bukan maksudku untuk meninggalkanmu pergi merantau, namun keadaan yang memaksanya demikian. Aku masih ingat ketika setelah 2 bulan aku meninggalkan Kota Purworejo ,pergi ke Kota Palu, aku berkeras untuk pulang ke kampung saja. Akan tetapi waktu itu IBU dan Bapak tidak mengijinkannya. Padahal kerinduanku sebagai anak yang ingin selalu berada di dekat kedua orang tuanya sangatlah besar di dadaku. Keinginan seorang anak yang ingin selalu dibelai oleh kedua orang tuanya pun besar di dadaku. Aku tidak rela dan tidak ingin IBU dan Bapak bersusah payah lagi pergi ke sawah, memanen padi tiap datang musim panen tiba, dan menjemurnya setelah itu, yang sangat membutuhkan tenaga yang cukup berat untuk mengerjakannya. aku ingin selalu membahagiakan kalian, IBU dan Bapak.

IBU...., betapa besar jasamu padaku dan saudara-saudaraku. Engkau telah melahirkanku, merawat, dan mendidik kami hingga besar seperti ini......Lihatlah BU....anakmu ini. anak yang selalu merindukanmu. Engkau tidak pernah marah kepada kami, kecuali karena didorong oleh kasih sayangmu pada kami. Sementara kami .... kami ....sering membantah dan bertengkar.....sehingga membuatmu kesal. Maafkan kami IBU, itu semua karena ego kami yang masih tinggi. maafkan kesalahan kami IBU..

IBU.... bagiku Engkau tetap masih hidup. Hati kami ini tidak akan pernah melupakanmu IBU. walau bagaimanapun dan apapun kami akan selalu mengingatmu dan menghidupkanmu dalam hati-hati kami....OH.......IBU......

19 Desember 2009

Yakinlah ini yang terbaik......Mus.......

Siang itu waktu istirahat makan di grand victoria dalam rangka rekonsiliasi data dengan kantor cabang utama PT Askes Samarinda, temanku yang dari KPPN Samarinda (pak Muchtar) mendapat SMS dari temannya di jakarta bahwa ia dipindah ke Semarang. Betapa senangnya temanku tersebut, sampai-sampai ia tak kuasa menahan air matanya ketika memberitahu kabar tersebut kepada keluarganya. Pasalnya beliau dipindahkan ke tempat dimana keluarganya ada di kota tersebut, syukur.....alhamdulillah....kami ikut bahagia pak.

Sepulang dari acara tersebut, di kantor ternyata telah ramai juga dibicarakan perihal mutasi yang katanya telah keluar ini. Yang berharap.....pada tanya-tanya ke temannya yang berada di kantor pusat....sekedar untuk tahu lebih dahulu. Maklumlah, di kantorku....kata-kata mutasi itu seperti pisau bermata dua. Kadang baik dan kadang juga sebaliknya. kadang ditunggu-tunggu dan kadang pula tidak ingin diharapkan. Bagi mereka yang pada posisi tempat yang enak (misalkan di jawa), mereka sangat cemas akan kata-kata "mutasi". Sebaliknya bagi mereka yang kebetulan di tempat yang kurang sesui(apalagi di indonesia bagian timur), hadirnya yang namanya"mutasi" sangat....sangat diharapkan.

Malam harinya aku terpikir ternyata sudah 10 tahun aku berada di luar pulau jawa (yaitu sulawesi, papua, dan kalimantan), terakhir di Kota Samarinda sejak 15 Januari 2009. Kali ini aku dan keluarga merasa lebih nyaman berada di kota ini. Hampir semua yang ada dalam angan kami sesuai dengan keadaan kota ini. Walau ada beberapa hal yang tidak sesuai, namun prosentasenya tidak terlalu besar dibanding kota-kota yang lain. Di tengah-tengah renunganku, tiba-tiba aku mendengar nada sms dari HP ku, dan langsung kubuka. Betapa terkejutnya, setelah sms dari temanku ditjen pajak di Jayapura kubuka. Isinya adalah ucapan demikian: "Barakallah atas mutasinya". Aku sangat terkejut dan sempat terpekik suaraku....aku sungguh belum berharap untuk dimutasikan. Belum ada 1 tahun aku di kota Samarinda ini, harus bergeser lagi. Istriku saja baru pindah ke Samarinda bulan agustus lalu. Kami baru saja kumpul kembali setelah sekitar 8 bulan berpisah (Samarinda-Jayapura).

Untuk memastikannya kutelusuri kebenaran berita itu, dan ternyata memang meyakinkan. Apalagi setelah teman-teman dari kantor satu per satu juga mengatakan demikian pula dan menyatakan telah melihat SK nya. Juga teman-teman dari daerah lain(Palu, Jambi, Jakarta) mengabarkan hal tersebut. Malam itu juga aku dapat email SK itu dari Palu. Hatiku perih juga melihat SK kali ini, terbayang olehku akan kondisi Jakarta, perpisahan dengan anak-anakku yang masih kecil-kecil yang masih sangat membutuhkanku(katanya). Juga betapa repotnya istriku mengurus anak-anakku yang 3 dan laki-laki semuanya. Namun jika dibawa serta ke Jakarta, akan lebih repot lagi. Kasihan anak-anak dan istriku, dan tentunya juga kasihan aku sendiri.....

Semua rencana yang telah kami susun harus disesuaikan dengan keadaan tersebut. Rencana A menjadi A', rencana B menjadi B'. Semuanya harus disesuaikan dengan rencana Allah yang telah diperlihatkan. Manusia punya rencana, tetapi rencana Allah lah yang lebih baik......yakinlah ini yang terbaik .....Mus........